Related Posts with Thumbnails

Kamis, 27 April 2006

AWAS, BAHAYA RACUN DALAM BAHAN PANGAN



Penulis: Budi Sutomo


Makanan merupakan sumber nutrisi tubuh. Tetapi ingat, jika pilih dan perlakuan, makanan bisa menjadi sumber petaka. Di dalam bahan pangan, baik secara alami maupun kontaminasi mikroba banyak terdapat senyawa beracun. Kenal penyebab dan gejalanya agar Anda terhindar dari food intoxication atau keracunan makanan.


Kasus food intoxication atau keracunan makanan seringkali terjadi. Jika kita menengok kebelakang, pada tahun 1953, sedikitnya 52 orang penduduk Jepang meninggal dunia akibat mengkosumsi ikan yang telah tercemar dengan merkuri. Tahun 1946 di Banyumas, Jawa Tengah , kasus keracunan makanan kembali terulang. Hanya karena makan tempe bongkrek, dalam tempo dua hari 40 jiwa meninggal.


Racun dalam bahan pangan memang sangat berbahaya, jika formalin berdampak carcinogen untuk jangka panjang, racun dalam bahan pangan bisa merenggut nyawa dalam hitungan jam. Apalagi racun dalam bahan pangan seringkali tidak terdeteksi dari sisi rasa, aroma dan kenampakkannya.


Ketika diwawancarai penulis, Dr. Ir. Nuri Andarwulan, Ahli Gizi dari IPB berpesan, berhati-hati memilih bahan pangan. Menurutnya, baik pangan hewani maupun nabati adakalanya secara alamiah sudah mengandung racun. Seperti asam sianida(HCN) pada singkong atau solanin pada kentang. Faktor lain penyebab keracunan adalah kontaminasi mikroba dan pencemaran senyawa-senyawa beracun seperti mercuri dan logam-logam berat dari besi, timah maupun tembaga.

Proses Dan Gejala Keracunan

Keracunan makanan biasanya terjadi karena masuknya senyawa-senyawa beracun ke dalam tubuh. Sebagian besar kasus, racun ikut tertelan ke dalam tubuh bersamaan dengan makanan yang kita konsumsi. Gejala yang timbul biasanya ditandai dengan terganggunya sistem pencernaan, seperti mual, muntah dan kolik pada saluran pernafasan. Pada jenis keracunan tertentu, yang di serang adalah sistem syaraf, gejalanya adalah kejang-kejang, otot tegang. Atau berpengaruh sebaliknya, otot-otot lemas, kurang tenaga (parese) dan lumpuh (paralysis). Pada tingkat keracunan kronis, penderita akan mengalami tubuh kejang, pingsan (coma) dan berakhir dengan kematian. Kasus kematian pada keracunan makanan biasanya karena hambatan pada saluran pernafasan atau hambatan kerja jantung karena fungsi jantung tidak maksimal, akibat dari senyawa toksik yang ada pada racun bahan pangan.


Kewaspadaan dan kecermatan di dalam memilih, mengolah, menyimpan serta memperlakukan bahan makanan perlu mendapat perhatian serius, terutama untuk anak-anak yang belum bisa menentukan makanannya sendiri. Berikut beberapa bahan pangan yang perlu diwaspadai


Singkong (Manihot Utilissima)

Di dalam singkong, terutapa varietas Sao Pedro Petro, baik pada umbi maupun daunnya mengandung glikosida cayanogenik. Zat ini dapat menghasilkan asam sianida (HCN) atau senyawa asam biru yang bersifat sangat toksik (beracun). Umbi dan daun singkong yang mengandung racun biasanya ditandai dengan berasa pahit dan baunya langu. Perebusan dan perendaman dalam air mengalir dapat mengurangi kandungan racun yang terkandung karena, sifat dari asam sianida larut di dalam air.


Jengkol (Pithecolobium Lobatum) dan petai Cina

Anda yang hobi mengkonsumsi jengkol atau petai cina, sebaiknya berhati-hati dan jangan mengkonsumsinya dalam keadaan mentah. Mengingat di dalam biji jengkol terkandung asam jengkolat (Jencolid Acid). Asam Jengkolat dapat menyebabkan keracunan yang di tandai dengan mual dan susah buang air kecil, karena tersumbatnya saluran kencing. Racun jengkol dapat dikurangi dengan cara perebusan, perendaman dengan air, atau membuang mata lembaganya karena kandungan racun terbesar ada pada bagian ini.

Lain halnya dengan petai cina (leucaena Glauca). Bahan pangan ini mengandung mimosin, yaitu sejenis racun yang dapat menjadikan rambut rontok karena retrogresisi di dalam sel-sel partikel rambut.


Kentang (Solanum Tuberosum L)

Di dalam kentang terkandung alkoloid (solanin) yang dapat menimbulkan keracunan. Racun ini sebagian besar terdapat pada bagian dekat kulit. Solanin akan semakin banyak jumlahnya jika kulit kentang sudah berwarna hijau dan bertunas karena di simpan dalam jangka waktu lama. Untuk menghindari keracunan, sebaiknya mengupas kentang sedikit tebal dan merendamnya dalam larutan air yang telah dicampur dengan garam.


Kopi (Caffea Arabica) dan Teh (camelia Sinensis)

Kopi dan teh mengandung kefein yaitu senyawa yang pahit rasanya. Kafein ini bersifat diuretik , merangsang pengeluaran kelenjar urin, merangsang kerja otak dan aktifitas jantung. Jika konsumsi tidak berlebihan, kafein memberikan konstribusi yang positif, seperti badan terasa lebih segar dan menghilangkan rasa ngantuk. Jika melebihi ambang batas, konsumsi teh dan kopi akan berakibat sukar tidur, jantung berdebar-debar dan bayi lahir cacat jika dikonsumsi oleh ibu hamil.

Kacang-Kacangan dan Hasil Olahannya

Sejak di tanam kacang tanah sudah terkontaminasi oleh sejenis kapang yang bernama Aspergillus Flavus. Kapang ini akan memproduksi racun yang dikenal dengan Alfatoksin, dan berdasarkan hasil penelitian, alfatoksin dapat menjadi pemicu terbentuknya tumor pada hewan percobaan.


Hasil olah kacang-kacangan yang perlu diwaspadai adalah tempe, terutama tempe bongkrek. Fermentasi yang gagal dan hygiene yang buruk dalam proses pembuatan tempe dapat mengakibatkan kontaminasi bakteri. Pseudomonas cocovenans adalah salah satunya. Bakteri ini akan menghasilkan toxoflavin, senyawa yang sangat beracun dan dapat mengakibatkan kematian. Hindarilah konsumsi kacang-kacangan dan hasil olah yang sudah rusak dan beraroma menyimpang (tengik). Untuk produk yang dikalengkan perhatikan tanggal kedaluarsa dan keutuhan kemasan.

Seafood

Keracunan ikan, udang, kerang dan hasil laut biasanya karena telah terkontaminasi zat-zat kimia beracun. Pencemaran merkuri, timah dan logam-logam berat lainnya, seringkali terkandung dalam produk seafood. Meningkatnya pencemaran laut dan menurunya kualitas air sebagai medium hidup mereka adalah salah satu penyebabnya. Frozen seafood atau hasil laut yang sudah dibekukan lama juga media yang baik untuk berkembangnya Vibrio parahaemolyticus, sejenis bakteri yang sangat beracun. Pilih sea food dalam kondisi sesegar mungkin agar terhindar dari bahaya keracunan.

Daging dan Hasil Olah Dalam Kemasan

Di dalam daging mentah terkadang ditumbuhi bakteri Clostrridium Perfringens. Bakteri ini biasanya tumbuh karena kontaminasi yang disebabkan buruknya sanitasi dan hygiene lingkungan. Gejala keracunan biasanya akan tampak setelah 10-12 jam setelah mengkonsumsi makanan yang tercemar. Gejala yang timbul, mual, muntah, nyeri perut dan diare.


Hasil olah daging, terutama produk yang dikemas dalam kaleng/plastik juga perlu diwaspadai. Sosis, ham dan kornet merupakan media yang baik untuk pertumbuhan Clostridium Batulinum. Bakteri ini suka berkembang biak pada bahan makanan sumber protein, tahan panas dan menyukai tempat yang anaerob (hampa udara), makanan di dalam kemasan adalah tempat favoritnya. Berhati-hatilah dengan daging dan produk olahan daging yang lain, karena satu mikrogram Botulinin sudah cukup untuk membunuh manusia. Untuk menghindari keracunan, jangan mengkonsumsi daging dan hasil olah yang sudah menyimpang, baik tekstur, aroma dan rasanya. Budi Sutomo

Pertolongan Pertama Pada Keracunan Makanan

§ Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyak-banyaknya atau diberi susu yang telah dicampur dengan telur mentah.


§ Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet selama 3 kali berturut-turut dalam setiap jamnya.


§ Air santan kental dan air kelapa hijau yang di campur 1 sendok makan garam dapat menjadi alternatif jika norit tidak tersedia.


§ Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan dengan cara memasukan jari pada kerongkongan leher dan posisi badan lebih tinggi dari kepala untuk memudahkan kontraksi.


§ Apabila penderita dalam keadaan pingsan, bawa segera ke rumah sakit atau dokter terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar