Related Posts with Thumbnails

Senin, 19 Juni 2006

JIKA PEGGY MELATI SUKMA BERKUNJUNG KE LOKASI GEMPA, apa ya yang Peggy lakukan di sana?












Rasanya belum kering air mata masarakat Indonesia tertimpa bencana Tsunami di Aceh. Kini giliran Yogjakarta dan sebagian daerah di Jawa Tengah diluluh lantakkan oleh gempa maha dahsyat. Ribuan rumah hancur, lebih dari 6000 jiwa meninggal, hanya puing-puing tersisa dan duka yang mendalam. Sungguh kejadian mengenaskan dan mengetuk rasa kemanusiaan seluruh masyarakat Indonesia. Jangan berpangku tangan, mari ulurkan tangan kita membantu meringankan beban sesama.

Bencana memang tidak bisa diterka kapan datangnya, bisa kapan saja dan di mana saja. Seperti tragedi yang terjadi Sabtu 27-5-2006 lalu. Masyarakat Yogya dan Jawa Tengah yang terkenal tenang, ramah dan santun tiba-tiba gempar ditimpa bencana. Dalam hitungan detik, gempa tektonik berkekuatan 5.9 skala Richter menghancurkan semuanya. Menurut pemantauan Stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika Yogyakarta, gempa terjadi di Samudra Hindia pada pukul 05.53. Tepatnya 38 kilometer di selatan Yogyakarta pada kedalaman 33 kilometer dibawah laut. Gempa tektonik ini terjadi karena tumbukan lempeng tektonik Indo-Australia dengan lempeng Eurasia. Benturan antar lempeng mengakibatkan gempa hebat, bumi bergoncang meratakan hampir semua bangunan di atasnya.


Tidur Di Tenda, Kebanjiran dan Makan Seadanya

Hari ketiga saya berkunjung ke lokasi gempa, masih banyak daerah yang belum mendapatkan bantuan. Baik makanan maupun pengobatan medis, terutama di daerah-daerah terpencil. Seperti di Desa Ketonggo, Kecamatan Pleret dan Desa Gilang Harjo, Kecamatan Pandak-Bantul. Semakin masuk ke pedalaman, kondisi korban akibat kempa semakin mengenaskan, banyak korban dengan luka bernanah karena infeksi luka tak tertangani. Makan pun seadanya, bahkan ada beberapa orang yang hanya makan ubi dan sayuran hasil bumi karena stok bahan makanan habis, sedangkan pasar tidak buka karena ikut hancur diguncang gempa. Seperti penuturan Surani, warga Kecamatan Pleret-Bantul, kepada Dokter Kita. “Rumah saya hancur mas, uang tidak ada dan bahan makanan habis. Terpaksa saya makan ubi rebus dan sayur daun singkong karena bantuan hanya dua bungkus mi instan, lebih baik saya kasihkan anak-anak saya,” ujar korban yang salah satu anaknya mengalami patah tulang. Sedangkan Trisno, seorang warga di Desa Gilang Harjo, Kecamatan Pandak terpaksa bersama keluarganya tidur di makam karena rumahnya hancur tak tersisa dan belum kebagian tenda. Di daerah ini saya beserta tim dari Majalah Dokter Kita beserta tim medis Jakarta Medical Center dan Yayasan Perempuan Demokrat melakukan pengobatan medis, membagikan sembako, pakaian, handuk, sabun, makanan bayi dan susu.


Dampak gempa ternyata tidak hanya menimpa warga Yogyakarta, sebagian wilayah Jawa Tengah, terutama Kabupaten Klaten juga mengalami hal serupa. Walaupun lokasinya cukup jauh, Klaten termasuk daerah yang rusak parah. Lebih dari 11.253 rumah rata dengan tanah dan 798 orang tewas, demikian data resmi yang diperoleh dari Posko Pemda Klaten. Pengamatan saya di wilayah ini. Sepanjang perjalanan, terutama di Kecamatan Wedi dan Ngantiwarno, banyak rumah yang roboh, sebagian rumah terlihat utuh, namun retak-retak sehingga tidak layak huni.


Banyak warga di Kecamatan Wedi dan Ngantiwarno memilih tidur di luar rumah dengan mendirikan tenda darurat. Sebagian besar kondisi rumah, masih dibiarkan saja dengan harta benda tertimbun di dalamnya. Penderitaan korban diperburuk dengan datangnya hujan hampir tiap malam, apalagi listrik padam sehingga suasana sangat mencekam. Pengungsi di tenda darurat harus rela basah kuyup kebanjiran. “Gimana lagi mas, walaupun hujan saya nggak berani tidur di dalam rumah karena sebagian bangunan sudah roboh dan dinding retak-retak,” penuturan Mujianto, warga Ngantiwarno-Klaten sambil menatap kosong rumahnya yang sudah menjadi runtuhan puing-puing. Pengamatan di lapangan, daerah ini sudah banyak tenaga medis yang diperbantukan, sehingga rombongan DK-JMC hanya membagikan kasur, susu, sembako dan pakaian. Sungguh derita yang tidak tahu kapan akhirnya. Mudah-mudahan Tuhan memberikan kekuatan dan ketabahan bagi saudara-saudara kita yang tertimpa bencana.


Berikut beberapa komentar Persiden dan tokoh masarakat tentang Gempa Yogya
Persiden SBY
Setelah meninjau korban gempa, kepada Pers, persiden berpesan jika musibah yang menimpa Yogyakarta dan Jawa Tengah ini merupakan bencana yang tidak bisa dielakkan. Sesama warga negara dan semua potensi bangsa harus bahu-membahu membantu korban. Uluran tangan kita dan bantuan dalam bentuk apapun sangat berarti bagi para korban untuk meringankan beban sesama.
Andi Malarangeng “Mari Kita Ringankan Beban Korban”
Ketika di wawancarai penulis di lokasi gempa, juru bicara presiden, Andi Malarangeng menjelaskan. Bantuan untuk korban gempa diusahakan secepat mungkin sampai ke lokasi bencana. Baik di kota maupn di desa-desa terpencil yang susah dijangkau. Jalur udara akan ditempuh untuk daerah yang tidak bisa dilalui lewat jalur darat karena jalan yang sempit maupun rusak akibat gempa.


Andi juga menghimbau agar masarakat yang tidak terkena gempa hendaknya jangan berpangku tangan, bantu sebisa mungkin untuk meringankan beban para korban. Menanggapi isu penjarahan, Andi menjelaskan agar jangan dibesar-besarkan, penjarahan tidak sepenuhnya terjadi, ini hanya karena kebutuhan masarakat yang mendesak memerlukan bantuan sehingga mereka melakukan tindakan ini. Minta pengawalan polisi agar bantuan yang disampaikan sampai ketujuan.


Peggy Melati Sukma
Sedih
Melihat Korban Berjatuhan

Salah satu artis yang sangat konsen terhadap kemanusiaan adalah Peggy Melati Sukma. Terbukti selang beberapa hari setelah terjadinya gempa, Peggy langsung terjun ke lokasi gempa untuk membantu meringankan korban. Dana yang dikumpulkan, baik berupa uang, pakaian maupun sembako langsung diberikan kepada para korban. Kepada Dokter Kita, Peggy mengaku sangat sedih melihat banyaknya korban berjatuhan. Tidak hanya orang dewasa namun anak-anak dan orang lanjut usia. “Lakukan dong apa yang kita bisa, jangan hanya menjadi penonton, mereka sangat memerlukan bantuan,” ujar Peggy dengan nada serius sambil mengobati salah satu bayi yang terluka akibat tertimpa reruntuhan rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar